28/09/08

Lelaki Yang Tak Ada (part 3)


Dengan langkah yang tertata Larry berjalan melewati etalase – etalase toko, tangan yang di masukkan ke dalam kantong sweaternya mengepal erat. Pikirannya masi dipenuhi dengan sosok pria berbaju hitam yang terus mengikutinya, setengah hatinya sangat menantikan kemunculan sosok itu lagi. Setengah lagi merasa kesal dengan tanda tanya besar tentang pria itu. Suasana kota tampak sangat sepi siang itu, awan hitampun masi menyelimuti kota tempat dia lahir. Dengan tanpa arah Larry terus melangkah melewati jalan – jalan kota, sesekali dia melihat kedalam toko – toko yang dilewatinya. Kemudian dia berhenti di suatu toko musik, toko itu sedang tutup. Dengan lampu diatas pintu masuknya bertuliskan “FORTE”, huruf T dan E pada lampu itu tampak telah mati. Lewat jendela kaca yang transparan, Larry menatap banyak alat musik yang tertata rapi, piano yang tampak sedikit berdebu tapi masi dengan kondisi sangat baik, dan gitar – gitar berjajar rapi didinding toko. Tapi pandangan Larry terpaku pada biola berwarna silver yang berdiri gagah terbungkus kaca, yang terletak diatas meja kayu hitam bertaplak kain berwarna emas yang berkilau. Biola itu tampak sangat special berada disitu.

Larry tampak sangat menginginkan biola itu, tapi sambil menghela napas dia sadar bahwa biola itu hanya bisa dia lihat dari jauh, tak mungkin bagi dia memiliki biola itu. “Pasti harga biola itu sangat mahal, aku ga mungkin membebani mama untuk membelikannya.” Dengan tangan terseret dikaca toko Larry pun melangkah lagi meninggalkan toko itu. “seandainya saja papa masi hipup, mungkin aku bisa meminta biola itu padanya” kata Larry sambil tertunduk . Tanpa sadar Hope, teman kelas Larry, masi mengikuti Larry tak jauh dibelakang. Dengan hati – hati Hope mengikuti kemana Larry pergi. “larry mau kemana ya? Aku gak boleh ketahuan sedang mengikuti dia, tampaknya dia sedang gusar, mungkin aku bisa membantu dia.” kata Hope sambil berusaha agar suara derap langkahnya tak berbunyi, Karena saat itu kota dalam keadaan sangat sepi.

Larry tampak menyeberangi jalan dengan masi agak tertunduk. “aku jadi kangen sama papa, lebih baik aku mengunjungi makam papa.” Kata Larry yang akhirnya punya tujuan. Dengan ditemani angin yang berhembus dingin, dia melewati banyak pohon rindang . setelah berjalan beberapa ratus meter, Larry sampai pada suatu tanah pemakaman yang sangat sunyi, tak satupun penjaga makam tampak, tak seperti biasanya. Larry pun langsung menuju makam ayahnya, tampak nisan betuliskan Rhicard Christian Washington.

Nisan berbentuk cross itu masi sangat kokoh berdiri ditanah yang lembab. Dengan air mata yang menetes, Larry membersihkan sedikit kotoran tanah dari nisan itu, mencabuti rumput liat yang mulai tumbuh disekitar nisan ayahnya. “Andai aja papa masih ada disini, masi bisa menemani Larry disini, kita bertiga, papa mama dan Larry pasti hidup bahagia” dengan perasaan sedih luar biasa dan rindu yang tiba – tiba saja datang Larry berkata lagi. “Pa, andai papa tau, akhir – akhir ini Larry sangat gusar, Larry merasa seperti diikuti sesuatu, dan itu Larry rasakan nyata, tidak satu tapi dua pa.” dari balik pohon yang terletak tidak jauh dari makam ayah Larry, Hope berdiri sambil terus memperhatikan Larry. “itu kuburan siapa ya?” kata Hope sambil tetap menyembunyikan dirinya. “pa, ada sosok yang mengikutiku, dia tampak seperti lelaki berbaju hitam, tapi dia selalu menghilang disaat aku mendekatinya, tapi aku selalu merasa damai jika melihatnya, aku tau dia tersenyum padaku.” Dengan usaha keras Hope berusaha menyimak apa yang dikatakan Larry, dia sedikit menengadah kearah Larry agar bisa mendengar kata – kata Larry. “satu lagi selalu mengganggu pikiranku pa, selalu mengintimidasi aku, dia berupa makhluk menyeramkan yang mau menerkamku, yang selalu mengejarku dalam mimpi, dan ini terus berulang – ulang. Kata Larry sambil mengusap air matanya. “Mimpi apa? Tadi dia bilang makhluk menyeramkan? Maksud Larry apa ya?” Hope mulai sedikit melangkahkan kaki kearah Larry.

Tiba – tiba ada tangan bersisik yang dilihat Larry dengan kuku panjang yang tajam keluar dari tanah makam ayahnya, lalu menggenggam tangan Larry, dengan sangat kuat sampai Larry tidak bisa bergerak. “Ah…. Tidak.. lepaskan, lepaskan… ahhh…” Larry berteriak dengan kencang sambil berontak hendak melepaskan cengkraman tangan itu, “lepaskan, tolong lepaskan tanganku… ah…” Hope langsung bergegas lari kearah Larry hendak ingin tau apa yang terjadi, tapi yang dia liat hanya Larry yang berontak dengan sesuatu yang tidak ia lihat. “Larry kamu kenapa? Sadar Larry!! Sadar!!” Hope berusaha menenangkan Larry sambil mengguncangkan badan Larry beberapa kali, “Larry sadar!! Kamu kenapa? Aku ada disini Larry!” tapi Larry tetap meronta – ronta sambil berteriak. “Larry… PLAK!!” Hope pun menampar pipi kanan Larry, seketika itu juga Larry berhenti meronta. “Dimana aku? Mana orang itu? Dia mau menangkapku..” kata Larry sambil bernapas dengan tak teratur, “tenang Larry, disini ga ada apa – apa, aku ada disini Larry, kamu hanya berhalusinasi, kamu tenang ya, aku ada disini” dengan penuh kasih sayang Hope memeluk Larry hendak menenangkannya. “apa yang terjadi padaku Hope? Kenapa kamu ada disini..? Larry bertanya pada Hope dengan nada masi ketakutan. “Kamu tiba – tiba ketakutan, kamu pasti berhalusinasi” sambil menenangkan Larry, Hope membantu Larry berdiri. Dengan tenaga sisa Larry pun berdiri. “Sudah, kita pergi dari sini, nanti aku cerita kenapa aku bisa sampai disini, lebih baik sekarang kita cari tempat buat menenangkan dirimu” dengan sedikit terseret Larry di rangkul oleh Hope meninggalkan pemakaman itu. Angin dingin masi saja berhembus, dan awan hitam makin tebal menyelimuti kota itu membuat suasana makin mencekam. Tampak satu dua orang berkelayapan di jalan – jalan kota itu. Hope dengan sedikit gelisah terus menoleh kekiri dan kekanan mencari tempat yang tepat untuk disinggahi.

Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya mereka berdua menemukan tempat yang sesuai. Dengan sebagian besar toko – toko tutup saat itu, ternyata masi ada satu bar yang buka. Hope pun mengajak Larry ketempat itu. Tampak dari depan pintu bar itu terbuka setengah. Dengan tiang iklan di sampaingnya bertulisakan BLACK PIG, gambar aneh menghiasi papan iklan itu, terlihat perempuan memegang kepala babi yang masi berlumuran darah. “Kita masuk kesini saja, mungkin ini tempat yang cocok buatmu.” Hope pun mulai membuka pintu bar itu pelan – pelan. Hope lalu melihat beberapa orang yang sedang menikmati kesendiriannya didalam bar itu. Dengan gelas dan botol minuman masing masing. Tampak tak ada orang yang bercakap – cakap. Kebanyakan pria dengan cambang dan kumis yang tebal, terlihat juga seorang wanita tua yang sedang menangis sedih sambil mengisap rokoknya. Ditangan kiri wanita itu ada foto dengan gambar seorang lelaki tua yang sedang dipandangnya dengan sedih.

Hope kemudian melangkah masuk bersama Larry yang sudah lebih baikan. “kita duduk disana saja” kata Hope sambil menunjuk tempat dipojok bar yang langsung bersampingan dengan jendela bar. Seorang pelayan wanita dengan tatanan rambut sangat aneh datang menghampiri mereka. “Permisi, mau pesan apa?” kata pelayan seraya memegang kertas dan ballpoint hendak mencatat. “eh.., teman saya dalam keadaan terguncang, aku pesan minuman yang bisa sedikit menenangkannya.” Kata Hope kepada pelayan itu. “Aha, aku punya minuman yang tepat buat temanmu ini, tunggu sebentar ya, akan aku ambilkan” pelayan itu pun dengan langkah cepat meninggalkan mereka berdua. “ Hope, terimakasih ya, aku ga tau harus berbuat apa kalau kamu tidak ada” kata Larry sambil memandang keluar lewat jendela disamping mereka. “oh, No prob, aku senang bisa membantu mu.” Hope tersenyum kepada Larry. Setelah sekian lama, ini kali pertama Hope bisa sedekat ini dengan Larry. Dari dulu Hope memendam perasaan kepada Larry, tapi Larry tidak mengetahuinya sama sekali. “oh iya, tolong ceritakan kenapa kamu bisa menemukanku ditempat itu..?” Hope pun menceritakan apa yang terjadi, mulai dari saat dia mengikutinya di taman dan sampai di pemakaman itu. “Aku bisa membaca kegelisahan hatimu, Larry. Aku tau kau butuh seseorang untuk menemani, jadi aku mengikutimu, tapi bukan maksud ku memata – mataimu, Cuma aku ingin memastikan kamu baik – baik saja.” Hope menjelaskan panjang lebar kepada Larry. “itu kuburan siapa?” tanya Hope tiba – tiba kepada Larry, “oh.. itu kuburan…” Larry hendak mengatakan itu kuburan ayahnya ketika tiba – tiba pelayan wanita itu datang membawakan botol minuman berisi cairan berwarna ungu, dan di botol itu tertulis PURPLE OASE, “DUG!!” suara botol minuman yang dihentakkan ke meja mengagetkan mereka berdua. “ini dia minuman yang pas buat kalian berdua, aku yakin setelah meminumnya kalian akan merasa lebih baik, terutama teman laki – laki mu..” si pelayan lalu menjelaskan minuman itu pada Hope sambil sesekali tersenyum genit pada Larry. Setelah itu dia beranjak pergi dari meja itu.

...“itu kuburan ayahku, ibuku bilang dia meninggal saat aku masi berumur 3 tahun, itu berarti sudah 16 tahun aku ditinggal olehnya.” Kata Larry sambil mulai menuangkann minuman kegelasnya. Hope pun tersentak mendengar itu. “oh.. maaf ya, aku tak bermaksud mengungkitnya” kata Hope sambil menatap Larry. Larry pun tersenyum tipis dan berkata “ini sudah terjadi lama, Hope. Aku baik – baik aja.” Merekapun terus melanjutkan percakapan sambil menikmati minuman dari si pelayan bar. Dan hujan rintik pun mulai berjatuhan dari langit, seakan menemani kesedihan Larry saat itu...

Tidak ada komentar: