05/10/08

Lelaki Yang Tak Ada (part 4)


Suasana di sekolah Larry tampak masi seperti biasa, yang berubah cuma tanaman hias yang di tanam untuk menyambut kedatangan para siswa. Bunga mawar yang dulu merekah kini diganti oleh bunga baru berwarna kuning yang tampak lebih segar. Para siswa terlihat sibuk mendengarkan penjelasan guru masing – masing. Hujan rintik yang menemani tampak membuat suasana belajar menjadi tenang. Sudah seminggu kota ini di turuni hujan dan siang pun tampak seperti petang yang gelap. Dikelas Larry sendiri tampak para siswa bersiap – siap untuk mengikuti ujian yang telah di umumkan minggu lalu oleh Pak Shane, guru Geografi di Granite Hills. “ok, anak – anak. Saya beri waktu belajar kurang lebih 10 menit lagi sebelum kita memulai ujian ini.” kata guru termuda di sekolah itu yang disambut gerak gerik panik para siswa, banyak diantara yang sibuk menghapal bagian – bagian yang penting. Sebagain juga telah terlihat sibuk menyiapkan alat tulis dan perlengkapan ujian yang lain. “oh ya, ada yang tidak masuk hari ini?” tanya Pak Shane yang hari itu mengenakan kemeja lengan panjang putih dengan motif garis orange dan hitam tipis, beserta celana jeans yang tampak ketat berwarna biru muda. “Larry dan Hope, pak!” kata seorang anak yang berkaca mata sambil mengunyah permen karet. “kemana mereka?” tanya pak Shane sambil menuju ke mejanya. Tapi tak ada yang tau kemana mereka berdua pergi. “ok, kalau begitu saya akan kekantor pusat sebentar untuk bertemu dengan wali kalian, jangan berisik, kerjakan dengan tenang, ujian kita mulai sekarang.!..” perintah pak Shane sambil berlalu meninggalkan kelas. Ujian pun dimulai dengan tenang. Dua bangku kosong terletak didepan, yang merupakan tempat duduk Larry dan Hope..

…………………………………………………………………………

“Kring Kring… kring kring….” telepon berdering di rumah Larry, memecah keheningan siang itu. Ibu Larry sedari tadi hanya terdiam dikamar Larry, sambil sesekali dia menengok barang – barang Larry yang belum pernah dia sentuh. Tampak dikamar Larry tempat tidur yang telah rapi kembali dengan bantal – bantal yang tersusun rapi diatasnya. Meja belajar yang tak lagi berantakan dengan kertas – kertas. Rak – rak buku makin teratur dengan buku – buku tebal yang saling bersandar. Kamar Larry ternyata telah dirapikan oleh ibunya. Surat yang dia temukan dikembalikan ketempat semula. Ibu Larry kemudian berjalan mendekati jendela, tampak diluar tanaman – tanaman yang selalu dirawatnya pada sore hari kini basah oleh rintik hujan. Tanah pun semakin lembab, dan terlihat makin gelap. Suasana diluar rumah benar – benar sepi. “Kring Kring… Kring Kring….” Telepon berdering lagi. “Ah, siapa yang telepon ya?” ibu Larry yang baru mendengar deringan telepon segera menuju ruang tengah dengan langkah kaki yang cepat.

Sesampainya di ruang tengah ibu Larry segera mengangkat telepon yang berdering lagi untuk ketiga kalinya. “Halo.. “ dengan singkat ibu Larry menjawab telepon itu. “Bisa bicara dengan ibu Karen Whasington?” terdengar suara lelaki dengan nada yang agak berat, “iya, saya sendiri pak, ini dengan siapa?” ibu Larry menjawab lagi. “oh ini dari Sekolah Granite Hills, saya Pak Charles..” pak Charles adalah wali kelas Larry di Granite Hills. “ada apa, Pak? Ada masalah apa dengan Larry? Apa dia membuat kekacauan?” kata Ibu Larry dengan cemas menanyakan anaknya. “tenang bu, bukan begitu, saya cuma mendapat laporan bahwa Larry tidak masuk hari ini padahal dia harus mengikuti ujian Geografi hari ini, karena tidak ada keterangan dari Larry makanya saya menelpon ibu.” Penjelasan pak Charles membuat Ibu Larry terkaget. “yang benar, pak? Tapi hari ini saya melihat Larry berangkat sekolah, dia juga belum pulang dari tadi.. Jujur saya tidak tau dimana anak saya sekarang, pak.” Ibu Larry pun semakin kawatir. “ok, tenang bu, jangan kawatir. Larry itu selain cerdas juga bisa menjaga diri, makanya saya ga percaya dia tak masuk hari ini, tapi kalaupun dia tak ada dirumah, saya yakin dia baik – baik saja, Bu.. mungkin hanya itu yang bisa saya sampaikan bu, selamat siang..” “siang.., makasih atas informasinya, pak” percakapan pun berakhir membuat ibu Larry yang tadinya sangat gusar menjadi lebih tenang. “kemana anak itu ya?” Ibu Larry membatin..

Setelah itu Ibu Larry beranjak ke kamar kecil ketika terdengar suara berisik di dapur, suara itu tampak seperti ada seseorang didapur. “Apa itu ya? Jangan – jangan ada kucing..” dengan sigap Ibu larry berbalik arah kedapur. Tetapi setelah sampai disana dia tak menemukan apa – apa. “mungkin hanya khayalanku saja” ibu Larry berkata sambil melihat meja makan dengan makanan yang masi tertata rapi, dengan tudung sajinya, westafle yang sudah bersih dari piring kotor, rak – rak berisi bumbu masakan dan kaleng – kaleng makanan. Kulkas pun ditengoknya, tapi semua tampak biasa saja, tertata rapi seperti terakhir kali dia membersihkan dapur. “ah.. mungkin kucingnya ada di kolong meja” ibu Larry kemudian menengok ke bawah meja.. dan tiba – tiba “MEONG…!!” seekor kucing hitam dengan cepat berlari menyambar sisi kanan kepala Ibu Larry..”awww..” teriak Ibu Larry karena terkaget. Segera ibu larry berdiri dan mengikuti arah kucing itu berlari, “mmmn.. mau kemana kau kucing!!” ibu Larry pun masi mengikuti kucing itu yang tampaknya mengarah ke kamar Larry.

Benar saja, kamar Larry yang pintunya tak tertutup sempurna dimasuki kucing berbulu hitam itu. Ibu Larry pun segera menyusul kucing itu. Sampai didepan pintu tiba – tiba ibu Larry merasakan hal aneh, tubuhnya tiba – tiba merasakan hawa yang hangat, tapi bersamaan dengan itu bulukuduknya berdiri. Dengan hati – hati ibu Larry membuka pintu kamar Larry, tangannya gemetar. Bunyi pintu yang dibuka semakin mencekamkan suasana. Sampai akhirnya pintu terbuka seluruhnya..

“Halo, Karen.. Lama tak berjumpa…” seorang lelaki tampan berbaju hitam dengan wajah bersinar, tiba – tiba muncul dikamar Larry sambil menyapa dan tersenyum ramah pada Ibu Larry…

Tidak ada komentar: