22/09/08

Lelaki Yang Tak Ada (part 2)


Suara langkah kaki…. Terdengar makin dekat.. semakin dekat.. seperti sesuatu mengejarku… aku tidak tau dimana aku berada.. kuberusaha mencari pertolongan.. tapi kemana aku harus mencari? Kutatap samping kiri kanan ku, dan hanya ada banyak pintu, banyak pintu yang tak berani kumasuki, aku mau berteriak minta tolong tapi sepertinya aku tak sanggup berkata – kata, sepertinya tak bisa terdengar suara sekecil apapun dari mulutku, yang bisa kulakukan hanya makin mempercepat langkahku, ku mulai setengah berlari, tapi langkah kaki yang mengikutiku juga semakin cepat. Aku semakin cemas, dan tiba tiba saja aku tak mendengar lagi suara langkah kaki yang mengikutiku, aku berhenti. Kemudian dengan sangat cemas aku berbalik, tapi aku tak melihat apa – apa. Aku menghela napas, dan jantungku masi saja berdekup kencang. Kemudian aku menoleh kedepan …..” A…a..a!!!!!!!!”

“Larry, Larry, kamu knp? Hei Larry, bangun nak, bangun..! Kamu kenapa?” Ibu Larry dengan cemas membangunkan Larry dari mimpi buruk. Dengan peluh yang membasahi dahinya Larry terbangun.. “Ma, apa yg terjadi padaku ma? Dimana orang itu? Dimana orang berwajah menyeramkan itu?” Dengan tangan yg basah Larry memegang tangan ibunya dengan erat. “kamu Cuma bermimpi anakku.., sudah,sekarang cuci muka biar kamu tenang, atau sekalian mandi aja biar ga telat sekolah..” ibu Larry lalu berlalu.

Di atas tempat tidur Larry masi memikirkan apa yg baru saja dia lihat, walaupun dia sudah lebih sadar dari sebelumnya. Sambil mengangkat tubuhnya dia mengusap matanya. Dengan langkah yang berat dia langsung menuju kamar mandi.

Bayang – bayang mengerikan yang menghampiri Larry dalam mimpi terus dipikirkannya, dalam bus sekolah yang dinaikinya Larry memandang setiap wilayah yang di lewati bus itu dengan tatapan kosong. Bayangan itu begitu sulit dilupakannya. Seakan ingin mencengkeramnya, bayangan itu sekarang menyelimuti sebagian besar pikirannya, terlalu susah buat Larry melupakan wajah menyeramkan yang hampir menerkamnya.

Bus terus bergerak membawa murid – murid Granite Hills ke sekolah mereka. Ketika melewati suatu taman, Larry kemudian melihat sosok lelaki yang selama ini mengikutinya, tapi seperti biasa wajahnya tampak gelap seakan tertutup sesuatu, lelaki itu tampak sedang berdiri ditaman didekat wahana permainan anak, sambil tersenyum kepada Larry, senyum itu penuh kedamaian. “STOP..!!, pak tolong stop” Larry memberhentikan bus yang dia naiki dengan teriakan yang memekakkan telinga. Dan bus pun berhenti seketika, di warnai suara gemuruh teman – teman Larry. “Hei, nak. Kamu kenapa? Kita belum sampai di sekolah.” Kata sopir bus sambil mengernyitkan dahi. “Kamu baik baik saja Larry?” kata Hope yang adalah teman sekelas Larry. “Aku tidak apa apa,aku turun sini ya pak..” segera Larry berlari keluar bus menuju taman , dimana sebelumnya dia melihat seseorang disana. Seseorang yang selama ini dia cari, yang selalu datang saat dia risau, dan saat dia sedih. Sosok yang memberi ketenangan buat dia. seluruh penumpang bus tampak heran, dengan sigap Hope juga menuruni bus dan menyusul Larry.

Setelah Larry sampai di taman itu ternyata lelaki itu sudah tak tampak, segera Larry bertanya kepada beberapa pengunjung taman, “permisi, liat seorang pria berbaju hitam yang berdiri disini?” tanyanya begitu antusias. “Ga, Dari tadi disini cuma ada kami berlima” jawab orang itu sambil menatap satu satu temannya. “oh.. terimakasih,maaf mengganggu..” kata Larry sambil sedikit tertunduk. Tetapi Larry tak putus asa. Dia tetap mengitari taman itu karena dia sangat yakin melihatnya disana.Hope memantau Larry dari balik pohon dengan perasaan bertanya- tanya. Dan ketika Larry menatap kejalan, bus sekolah tlah beranjak meninggalkannya. Larry pun memutuskan bolos hari itu.Sementara itu Hope masi menyembunyikan dirinya dari jangkauan Larry. Larry kemudian berjalan mengitari sudut – sudut jalan kota, dia sendirian seperti seorang tanpa arah. Melewati trotoar kota yang tampak sepi hari itu, “kau punya kekuatan besar, dalam ketidakberdayaanmu, percaya saja, kau lah sang pemimpin…” terdengar suara dari seorang pengemis yang dilewati oleh Larry.. Larry lalu menoleh, tapi pengemis itu hanya terdiam dengan tangan yang jari – jarinya tak lengkap di tengadahkan keatas. Larry langsung berlalu menuju suatu tempat, dan tanpa sepengetahuannya, Hope mengikutinya dari belakang.

…………………………………………………………………………………

Hari dengan cuaca yang masi mendung, dengan langit yang tanggung, dengan hembusan angin dingin. Ibu Larry yang sehabis membereskan rumah lalu beranjak ke kamar Larry. “lagi – lagi dia tak merapikan tempat tidurnya, anak ini aku perhatikan makin lama makin berubah saja.” Ibu Larry berkata Sambil merapikan tempat tidur Larry. Secarik kertas tiba tiba terjatuh dari tempat tidur saat dia mengibas selimut Larry hendak melipatnya. “apa ini?” sambil membuka lipatan kertas ibu Larry meletakkan selimut kembali ke kasur. Dia melihat ada tulisan di kertas itu dan membacanya..

Tuhan.. dimana Engkau saat Kau tau aku berjuang mati matian, saat aku merasa sendirian….

Saat aku seperti terpenjara dengan kesendirianku.. saat ku berusaha mencari cinta…

Namun cinta apa yang kurasakan…? Aku mau berusaha lebih keras dari kemarin…

Tapi dimana Engkau???!!!

Sampai kapan aku harus tersiksa seperti ini?

Apa kau mau melihatku menikmati kekalahanku?

Menikmati sesuatu yang kau tak suka menurut buku suci Mu?

Maka bantu aku…..

Apa yang aku rasakan sekarang terlalu dilematis..

Meski pilihan sudah ada, tapi sulit buatku memutuskan….

Ibu Larry lalu terduduk di kasur Larry setelah membaca surat itu, walau tak tau arti dari tulisan itu dia bisa sangat merasakan kegelisahan dan kesedihan dari tulisan yang dikenalnya sebagai tulisan anaknya. Sambil memegang erat surat yang disandarkan di dadanya, dia menatap keluar jendela kamar ….

Tidak ada komentar: